Tahun Baru Hijrah 1435 H adalah tanggal 1 Muharam 1435 H, yang tahun ini
bertepatan dengan 5 November 2013 yang lalu. Walaupun lebih dari 80 persen
penduduk Indonesia yang berjumlah lebih 230 juta jiwa adalah Muslim, tapi hanya
sebagian kecil yang tahu persis kapan tahun baru Islam, bahkan mereka sebagian
besar tak hafal nama-nama bulan Hijriah tersebut.
Mengapa umat Islam di Indonesia banyak yang lupa atau tidak tahun
tanggal, bulan dan tahun Hijriah?. Tidak lain karena Indonesia bukanlah Negara
Islam, walaupun penduduknya mayoritas Muslim. Indonesia menggunakan Tahun
Masehi, sehingga tanggal gajian seorang pegawai negeri sipil (PNS) misalnya
adalah pada setiap tanggal 1 Masehi atau tanggal 25 bagi karyawan Swasta.
Jadi yang didingat hanya tanggal dan bulan Masehi. Begitu juga, hari libur akhir
pekan pada sabtu dan Minggu.
Di Negara-negara Islam seperti Arab Saudi, yang dipakai sebagai
penanggalan resmi adalah Tahun Hijriah, sehingga tanggal gajian juga
disesuaikan dengan tanggal tersebut. Begitu juga hari libur, bukan Sabtu dan
Minggu, tapi hari Jum’at dan (mungkin) Sabtu. (Tolong teman-teman yang tinggal
di Arab untuk mengoreksinya bila salah).
Padahal bagi seorang Muslim sangat penting mengetahui tanggal dan
bulan Hijriah, karena berhubungan dengan pelaksanaan ibadah. Ibadah-ibadah tersebut
antara lain puasa atau saum yang dilaksanakan satu bulan penuh (29 atau 30
hari) pada bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal, Wukuf di Arafah saat
Ibadah Haji tanggal 9 Zulhijah, Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban pada
tanggal 10 Zulhijah, dan Hari Tasyrik tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah serta
Tahun Baru Hijriah 1 Muharam.
Pada bulan Ramadhan umat Islam yang sudah baligh
(dewasa) wajib berpuasa, dan haram hukum nya bila tidak puasa, termasuk dosa
besar. Seorang Muslim boleh tidak berpuasa bila ada uzur atau halangan,
misalnya sakit berat, sedang musafir, atau wanita yang sedang mengandung atau
menyusui, tapi harus bayar fidiyah (pengganti), baik berpuasa di bulan lain
atau dibayar dengan memberi makan orang miskin. Sebaliknya umat Islam dilarang
(haram hukumnya) berpuasa pada hari-hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul
Adha dan hari-hari Tasrik atau tanggal 10-13 Zulhijah. Jadi sangat jelas
penting bagi seorang Muslim/ Muslimah mengetahui persis tahun Hijriah.
Penentuan tanggal 1 pada bulan Hijriah ditandai
dengan terbitnya hilal atau tampak bulan sabit pada saat terbenamnya matahari
dengan derajat ketinggian tertentu. Itulah
sebabnya sering tanggal 1 Ramadhan saat dimulai bulan puasa, terdapat perbedaan
antara satu Negara dengan Negara lainnya, bahkan dalam satu Negara seperti
Indonesia, terkadang terdapat perbedaan tanggal 1 Ramadhan, yang berakibat
berbeda juga saat lebaran. Ini bisa terjadi karena begitu demokratisnya
Indonesia, karena Negara tidak dapat mencampuri urusan keyakinan.
Berbeda dengan Malaysia misalnya, penentuan hari-hari Islam
ditentukan oleh Mukti (seperti MUI), dimana Pemerintah dan semua rakyat
Malaysia tunduk danmematuhinya, sehingga tidak ada perbedaan hari Raya di
seluruh Malaysia.
Sekedar mengingatkan bagi yang lupa, bahwa nama nama bulan Hijriah
adalah Muharam, Safar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal,
Jumadil Akhir, Rajab, Sa’ban, Ramadhan, Syawal, Zulakedah, dan Zulhijah.
§ Peristiwa Hijrah dan Perkembangan Islam
Sekedar
mengingatkan, bahwa Tahun Hijriah atau Tahun Baru Islam, bukan dimulai dari
tahun lahirnya Nabi Muhammad SAW, tapi tahun saat beliau hijrah (pindah) atau
mengungsi dari Kota Mekah ke Madinah, karena mau dibunuh oleh orang-orang kafir
Quraish saat itu.
Berbicara
tentang perkembangan Islam, tentu tidak bisa lepas dari peristiwa hijrah
Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Dakwah Nabi di Makkah pada saat itu banyak
mengalami rintangan berupa tantangan dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir
Quraisy.
Selama
kurun waktu 12 tahun sejak Nabi diutus, dakwah Rasulullah tidak mendapat
sambutan menggembirakan, bahkan sebaliknya banyak menghadapi terror, pelecehan,
hinaan, dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy yang dikomandani oleh
paman Nabi sendiri, yaitu Abu Lahab.
Karena
itu, Rasulullah diperintahkan Allah SWT untuk pindah (hijrah). Akhirnya, beliau
meninggalkan kota kelahiranya Mekah, berhijrah ke kota Madinah. Di Madinah,
Nabi dan para sahabat Muhajirin mendapat sambutan hangat oleh kaum Anshar
(penduduk asli Madinah).
Agama Islam pun mengalami perkembangan amat pesat.
Dalam kurun waktu relatif singkat, hanya sekitar 8 tahun, suara Islam mulai
bergema ke seluruh penjuru dunia dan Islam pun berkembang meluas ke seluruh
pelosok permukaan bumi. Karena itu tidak mengherankan jika peristiwa hijrah merupakan
titik awal bagi perkembangan Islam dan bagi pembentukan masyarakat Muslim yang
telah dibangun oleh Rasulullah SAW.
Menurut para pakar sejarah, masyarakat Muslim, kaum
Muhajirin dan Anshar, yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah merupakan contoh masyarakat
ideal yang patut ditiru, penuh kasih sayang, saling bahu-membahu dan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan peribadi. Karena itu, tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin
Chatab menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam,
yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriah.
Umat
manusia kadang-kadang terjebak kepada sesuatu yang bersifat jangka pendek, dan
melupakan yang bersifat jangka panjang bahkan yang abadi selama-lamanya.
Manusia sering tergesa-gesa dan ingin cepat berhasil apa yang diinginkannya,
sehingga tidak sedikit yang menempuh jalan pintas, termasuk korupsi misalnya.
Islam menekankan bahwa hidup ini adalah perjuangan dan dalam berjuang pasti
banyak tantangan dan rintangan. Hidup di dunia adalah sebagai jalan untuk
menuju kehidupan Akhirat.
Allah
berfirman,“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang
lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu” (Al-Hujurat ayat 13)
§ Hikmah dari Peristiwa Hijrah Nabi
Beberapa
hikmah yang dapat dipetik dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekah ke
Madinah saat itu adalah:
Pertama:
perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan
tonggak sejarah yang monumental dan memiliki mkjna yang sangat berarti bagi
setiap Muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi
suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif
di Madinah.
Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa
dan rasa opimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk
kepada yang baik, dan hijrah daru hal-hal yang baik ke yang lebih baik lagi.
Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah
melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah
kelahiran, sanak saudara dan harta benda mereka.
Ketiga: Hijrah mengandung semangat
persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat
beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan beliau
telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di
Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.
Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu
bukan selalu harus identik
dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah
s.a.w. dan kaum Muhajirin, tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan
semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan
pernah berhenti.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi
Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah,saya baru saja mengunjungi kaum yang
berpendapat bahwa hijrah telah telah berakhir”, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya
hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu
tidak ada hentinya sehingga matahari terbit darisebelah barat”.
§ Merupakan Bukti Maha Adilnya Allah
Berbeda
dengan tahun Masehi, permulaan hari atau pergantian hari bukan di pagi hari
atau jam 00.01, tetapi di saat terbenamnya matahari atau munculnya bulan.
Itulah sebabanya Tahun Masehi (dari Isa Al Masih) dalam Islam disebut Tahun
Syamsyiah (matahari), sedangkan Tahun Hijriah atau Tahun Islam disebut juga
Tahun Qomariah (bulan). Kalau Tahun Masehi, setiap bulan terdiri dari 30 hari
atau 31 hari, kecuali Februari yang 28 atau 29 hari, tetapi bulan Hijriah
terdiri dari 29 dan 30 hari.
Itulah
sebabnya, terdapat selisih sekitar 10-12 hari setiap tahun, ada pergeseran
kegiatan keagamaan Islam pada tahun Masehi. Sebagai contoh, hari raya Idul
Fitri atau 1 Syawal pada tahun 2010 jatuh pada tanggal 10 September, tapi pada
tahun 2009, Idul Fitri bersamaan dengan 22 September. Sehingga tidak heran
kalau ada saatnya dimana tahun baru Islam (1 Muharam) hampir bersamaan dengan
Tahun Baru Masehi (1 Januari).
Dengan
perbedaan antara bulan Hijriah dengan bulan Masehi itu, maka bulan Ramadhan
atau bulan Puasa setiap tahun bergeser sekitar 10-12 hari setiap tahun Masehi,
sehingga suatu saat bulan Ramadhan bersamaan dengan bulan Juni, dan ada saatnya
tahun kemudian puasa dilaksanakan bulan Desember.
Berbeda
dengan Indonesia dan Negara-negara tropis, hampir tidak ada perbedaan lamanya
berpuasa untuk sepanjang tahun, yaitu bulan Januari s/d Desember berpuasa
sekitar 14 jam (jam 4 pagi sampai 18.00), tapi di Negara-negara yang mengalami
empat musim seperti di Eropa dan Amerike Serikat dan Kanada, juga Australia dan
Selandia Baru, lamanya berpuasa sangat bervariasi.
Sebagai
contoh bila bulan puasa bertepatan dengan bulan Juni atau Musim Panas di Eropa,
maka penduduk yang tinggal di belahan bumi Bagian Utara akan berpuasa sampai
18-20 jam, mulai jan 02 dinihari (Imsyak) sampai jam 22.00 malam baru berbuka,
karena matahari baru terbenam.
Keadaan
sebaliknya yang dialami oleh penduduk di belahan Bumi Bagian Selatan seperti
Australia dan Selandia Baru. Karena bulan Juni adalah Musim Dingin (Winter),
maka waktu Imsyak sekitar jam 6.00 pagi dan waktu Magrib sekitar jam 16.00
sore, sehingga mereka hanya berpuasa sekitar 10 jam saja.
Keadaan
sebaliknya terjadi bila bulan Desember, maka umat islam yang tinggal di belahan
bumi Bagian Utara berpuasa lebih singkat, dan sebaliknya yang di belahan
Selatan lebih lama (berbanding terbalik). Sedangkan pada bulan Maret dan
September dimana matahari persis ada di Khatulistiwa, kaum Muslimin di belahan
Utara dan Selatan berpuasa dengan jumlah jam yang sama, sekitar 12 jam.
Disitulah
salah satu bukti betapa adilnya Allah, di daerah dekat Equator (Khatulsitiwa)
seperti Indonesia, Malysia dan Negara-negara Arab dimana umat Islam terbesar
ada di sana atau daerah Sub Tropis, fluktuasi lamanya berpuasa setiap tahun
hampir tidak berbeda banyak.
Seandainya,
bulan Ramadhan ditetapkan berdasarkan bulan Masehi, misalnya bulan Juni,
kasihan umat Muslim di bagaian Utara yang harus puasa sampai 18-20 jam dengan
temparatur sangat panas di atas 50 derajat C, setiap tahun seperti itu, dan
orang di belahan Selatan puasanya sangat singkat. Kan sangat tidak adil?.
Untungnya Tuhan Maha Adil, sehingga penentuna bulan puasa berdasarkan Tahun
Hijriah. bukan Tahun Masehi, Allahu Akbar.
Selamat Tahun Baru Hijriah.
Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih
baik dari hari ini.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar